Faktor-faktor yang Mempengaruhi Briket Arang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Briket Arang

Postingan ini diperbarui 18 Oktober 2021

Briket arang merupakan arang yang diperoleh dengan proses lebih lanjut menjadi bentuk briket (oval, kotak, dan penampilan lain yang menarik) yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari dengan ukuran dan kerapatannya menjadi produk yang lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan bakar. 

Faktor yang Mempengaruhi Briket Arang adalah kerapatan, keteguhan tekan, kadar air, kadar zat terbang, kadar abu, kadara karbon terikat, dan nilai kalor. Berikut penjelasannya.

Baca juga: Makalah Briket Arang


1. Kerapatan

Kerapatan briket arang
Sumber: https://www.bukalapak.com/

Kerapatan mempengaruhi briket arang yaitu apabila semakin besar kerapatan maka volume atau ruang yang diperlukan lebih kecil untuk massa yang sama. Besar atau kecilnya nilai kerapatan dipengaruhi oleh kehomongenan bahan dan ukuran bahan pembuat briket arang. Sehingga kerapatan yang besar akan menyebabkan pembakaran lebih lama daripada briket kerapatan kecil.

Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi sangat berpengaruh nyata terhadap kerapatan briket arang. Semakin banyak penambahan kayu ulin yang ditambahkan pada briket arang perekat tapioka atau molasses, maka nilai kerapatan berpengaruh nyata terhadap briket arang.


2. Keteguhan Tekan

Keteguhan Tekan briket arang
Sumber: https://shopee.co.id/

Faktor ini merupakan kemampuan briket untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika diberikan beban pada benda tersebut (Wijayanti, 2009). Semakin besar nilai keteguhan tekan maka daya tahan briket terhadap pecah semakin baik, daya tahan keteguhan tekan berfungsi untuk mengetahui daya tahan briket saat pengangkutan dan pengemasan.

Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi dan jenis perekat menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap briket arang yang dihasilkan. Bahan baku dengan kerapatan tinggi akan menghasilkan briket dengan nilai ketenguhan tekan yang tinggi. Setiap bahan baku memiliki nilai kerapatan yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan nilai keteguhan tekan yang berbeda-beda untuk setiap jenis bahan baku briket arang (Hendra, 2007).


3. Kadar Air

Kadar Air briket arang
Sumber: https://regional.kompas.com/

Kadar air merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai kalor yang dimiliki briket arang itu sendiri. Dimana tinggi kadar air akan menyebabkan penurunan nilai kalor pada briket arang. Hal ini dapat terjadi akibat adanya panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang dipergunakan sebagai panas pembakaran (Hendra, 2010).

Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi dan jenis perekat sangat berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air yang dihasilkan. Briket arang penambahan tapioka dengan bertambahnya ulin, nilai kadar air cenderung menurun. Sehingga nilai rata-rata kadar air briket dengan penambahan tapioka lebih tinggi dibandingkan dengan briket penambahan molasses.


4. Kadar Zat Terbang

Kadar Zat Terbang briket arang
Sumber: https://www.mbizmarket.co.id/

Kadar zat terbang merupakan faktor yang hasil dikomposisi zat-zat penyusun arang akibat proses pemanasan selama pengarangan dan bukan komponen penyusun arang. Briket arang yang kadar zat menguap yang tinggi akan menghasilkan asap pembakaran yang tinggi pula (Fauziah, 2009).

Sidiq (2017) menyatakan bahwa semakin bertambahnya ulin pada briket arang penambahan tapioka ataupun molasses trenya semakin meningkat. Perekat molasses menghasilkan nilai kadar zat terbang lebih rendah daripada briket arang perekat tapioka. Tinggi rendahnya kadar zat menguap briket arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku, sehingga perbedaan jenis bahan baku berpengaruh nyata terhadap kadar zat menguap briket arang (Pane et.al, 2015).


5. Kadar Abu

Kadar Abu briket arang
Sumber: https://peluangusaha.kontan.co.id/

Kadar abu merupakan faktor yang berasal dari bagian sisa proses pembakaran yang memiliki penyusun unsur silika. Semakin tinggi kandungan silika maka semakin tinggi pula kadar abu yang dihasilkan. Nilai kadar abu yang tinggi menghasilkan emisi debu yang menyebabkan polusi udara dan mempengaruhi volume pembakarannya.

Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat tidak berpengaruh terhadap nilai kalor abu, unntuk komposisi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Adanya penambahan kayu ulin menghasilkan nilai kadar abu yang menurun khususnya pada briket arang penambahan molasses. Jenis bahan baku sangat berpengaruh tehadap tinggi rendahnya kadar abu briket arang yang dihasilkan. Hal ini terjadi akibat adanya komposisi kimia dan jumlah mineral yang berbeda-beda sehinngga mengakibatkan kadar abu briket arang yang dihasilkan berbeda pula.


6. Kadar Karbon Terikat

Kadar Karbon Terikat briket arang
Sumber: https://pabrikarang.com/

Kadar karbon terikat merupakan faktor yang terjadi akibat fraksi karbon yang  terikat di dalam arang selain fraksi air, zat menguap dan abu (Wijayanti, 2009). Briket arang yang bermutu baik adalah memiliki nilai  kalor dan kadar karbon terikat yang tinggi namun kadar abu rendah. Menurut Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat dan komposisi berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kadar karbon terikat. Penambahan kayu ulin baik perekat tapioka dan molasses memiliki nilai rata-rata karbon terikat cenderung menurun.


7. Nilai Kalor

Nilai Kalor briket arang
Sumber: https://harga.web.id/

Nilai kalor merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai kalor briket arang maka semakin baik pula kualitas briket aran yang dihasilkan. Nilai kalor diperoleh berasarkan pengukuran pada volume tetap, dimana arang yang dibakar akan menaikkan suhu air sehingga nilai kalor arang dapat diukur berdasarkan perbedaan suhu air (Triono, 2006). Menurut Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat dan komposisi mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Penambahan kayu ulin baik perekat tapioka dan molasses memiliki nilai kalor cenderung menurun. Setiap bahan baku memiliki nilai karbon terikat yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan nilai kalor bakar yang berbeda-beda pula untuk setiap jenis bahan baku briket arang.

Baca juga: Briket Arang dan Pelet Kayu


Sumber:

Fauziah, N. 2009. Pembuatan Arang Aktif secara Langsung dari Kulit Akasia (Acacia mangium) dengan Aktivitas Fisika dan Aplikasinya sebagai Adsorben. Skripsi. IPB.  Bogor.

Hendra, D. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran Kayu, Bambu, Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Hendra, D. 2010. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) untuk Bahan Baku Briket sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Pane, J. P., Junary, E., & Herlina, N. 2015. Pengaruh konsentrasi perekat tepung tapioka dan penambahan kapur dalam pembuatan briket arang berbahan baku pelepah aren (Arenga pinnata). Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2), 32-38.

Sidiq, M. H. 2017. Karekteristik Briket Arang dari Tempurung Kelapa (Cocos nucifera) dan Ulin (Eusideroxylon zwageri). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi. IPB. Bogor.

Wijayanti, D. S. 2009. Karekteristik Briket Arang dari Serbuk Gergaji dengan Penambahan Arang Cangkang Kelapa Sawit. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel