Perhitungan dan Penggunaan Proyeksi Peta (Laporan Praktikum IUTP)

Perhitungan dan Penggunaan Proyeksi Peta (Laporan Praktikum IUTP)

Postingan ini diperarui 02 November 2021

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan mata kuliah yang memiliki berbagai hal mengenai peta. Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke  dalam bidang datar dengan skala tertentu.

Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran  berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.

Proyeksi peta diupayakan dengan sistem yang memberikan hubungan antara  posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metode/cara  dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid (Soetomo Wongsotjiro, 1980).

Pemetaan memiliki prinsip dasar dalam mengukur sudut dan jarak untuk menentukan posisi  dari  suatu  titik. Prinsip dasar ini yang dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung bumi dan tanpa mempertimbangkan bentuk  lengkung  bumi.

Dalam  praktikum  ini  pengukurannya  menggunakan  cara pengukuran arah dari dua titik atau lebih yang dibidik dari satu titik control dan jatak antara titik diabaikan. Permukaan bumi ini tidak rata alias  melengkung-lengkung tidak beraturan akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktek tentang proyeksi peta dan disusun pada laporan ini.


1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum proyeksi peta yang sedang dilaksanakan adalah untuk:

  1. Mampu untuk mengetahui proyeksi peta dari bola bumi ke bentuk bidang datar.
  2. Mengetahui atau menentukan titik koordinat pada google earth,
  3. Menentukan jarak pasti diantara kedua tempat menggunakan koordinat.

Baca juga: Pemetaan Wilayah Menggunakan Drone (Laporan Praktek IUTP)


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Proyeksi Peta

Bentuk bumi berupa ruang 3D yg  melengkung menyerupai ellipsoid. Untuk merepresentasikan bentuk  bumi dalam bidang datar (2D) perlu dilakukan transformasi dengan menggunakan metode proyeksi peta.

Proyeksi adalah metode untuk merubah permukaan lengkung (3D) menjadi representasi dalam bidang datar (2D). Proyeksi peta didefinisikan sebagai fungsi matematika untuk mengkonversikan antara lokasi pada permukaan bumi dan  proyeksi lokasi  pada peta. Pengkonversian dilakukan dari sistem referensi geografis (spherical) menjadi sistem planar (cartesian). Misalnya: lintang (latitude)/bujur (longitude). 

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan sebagai berikut:

  1. Jarak antara titik yang terletak di atas  peta  harus  sesuai  dengan  jarak sebenarnya di permukaan bumi ( dengan memperhatikan faktor skala peta).
  2. Luas  permukaan  yang  digambarkan  di  atas  peta  harus  sesuai  dengan luas sebenarnya di permukaan bumi ( dengan memperhatikan faktor skala peta).
  3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi.
  4. Bentuk  yang  digambarkan  di  atas  peta  harus  sesuai  denganbentuk  yang sebenarnya di permukaan bumi ( dengan memperhatikan faktor peta).


Pada daerah yang relatif kecil permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik.

Namun karena permukaan bumi secara  keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan  geometrik peta  yang ideal’ dapat  dipenuhi (Soetomo  Wongsotjiro, 1980).

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan dipermukaan bumi fisis. Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan  secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.

Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang cukup luas dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yangdihasilkandapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta ‘ideal’.

Dalam membuat proyeksi, akan selalu ada distorsi. Indikator yang paling sering digunakan untuk menunjukkan seberapa terdistorsi sebuah peta adalah Tissot’s indicatrix. Indikator ini menunjukkan seberapa terdistorsi lokasi tersebut dalam suatu proyeksi jika dibandingkan dengan kondisi nyata. Semakin besar lingkaran merah yang ada, maka semakin besar pula distorsi yang terjadi. Tissot menggunakan faktor skala sepanjang garis kathulistiwa, faktor skala sepanjang garis parallel, dan derajat diantara keduanya untuk menentukan distorsi yang terjadi. Peta disamping merupakan ilustrasi Tissot’s indicatrixuntuk peta dengan proyeksi Mercator.

Distorsi dalam proyeksi umumnya terjadi ketika bidang bumi tidak menyentuh bidang proyeksi. Hal ini menyebabkan gambaran bumi pada bidang proyeksi mengalami pelebaran atau penyusutan. Untuk mengurangi distorsi sebaiknya bidang bumi selalu menyentuh bidang proyeksi. Kondisi ini dapat dicapai jika peta memiliki skala yang besar. Oleh karena itu, peta dengan skala besar memiliki distorsi yang lebih rendah dibandingkan peta dengan skala kecil.

Distorsi sering terjadi ketika sedang mengolah peta digital dalam software sistem informasi geografis seperti ArcGIS. Hal ini terjadi lantaran terdapat overlay yang banyak antar layer dengan proyeksi yang kerap berbedabeda. Oleh karena itu, ahli GIS/SIG harus berhati-hati dalam mengolah data peta.


2.2 Google Earth Pro

Google Earth Pro adalah sejenis software yang berfungsi sebagai informasi sacara geografis baik melalui informasi iklim, menganilisis perubahan dari waktu ke waktu, ataupun mengingatkan rute yang ditempuh. Dalam Google Earth Pro memiliki berbagai fasilitas pemetaan, diantaranya ; tanda letak, menganalisa perubahan elevasi di atas lanskap, penanda letak, membuat polygon, citra historis, garis lintang dan bujur, hamparan gambar, sudut elavasi dan koordinat (Robinson, 2016).


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tempat dan Waktu

Adapun praktikum yang dilaksanakan pada Rabu, 12 Juni 2019 pukul 09.30 WIB-selesai di ruang kuliah Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.


3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 

  1. Bola Plastik 
  2. Spidol permanen
  3. Benang
  4. Cutter atau Gunting
  5. Kertas karton
  6. Jarum Pentul
  7. Lem kertas
  8. Laptop


3.3 Prosedur Praktikum

Prosedur Praktikum proyeksi bola

Adapun prosedur kerja praktikum ini adalah:

  1. Menyediakan alat dan bahan yang telah ditentukan.
  2. Menusuk titik-titik tertentu menggunakan jarum pentul dan mengikatnya menggunakan benang untuk menjadi dasar pemotongan bola.
  3. Mengambar peta bumi menurut Google Earth Pro.
  4. Memproyeksi bola dengan cara memotong titik yang sudah ditentukan dengan model gingery.
  5. Menempel hasil proyeksi bola ke bidang datar diatas kertas karton. 


3.4 Hasil Praktikum dan Pembahasan

Proyeksi bola

Praktikum proyeksi bola kebidang datar merupakan suatu kegiatan pengukuran yang dilakukan dipermukaan bola digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bola tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bola tersebut.

Model yang digunakan dalam proyeksi bola adalah model Gingery. Model ini merupakan model yang menggunakan satu titik tumpuh yang tidak di potong 6, sehingga membentuk seperti bunga yang mekar. Dalam pembuatan proyeksi ini memiliki berbagai kendala atau kesulitan, diantaranya menentukan lokasi koordinat sesuai dengan keadaan sebenarnya atau sulit menggambar sesuai dengan tampak asli dari permukaan bumi.


IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa dalam melakukan proyeksi bola ke bidang datar harus membuat titik bantu, untuk memudahkan dalam pemotongan.


4.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum ini adalah bahwa untuk melanjutkan laporan praktikum ini ada baiknya dalam proyeksi bola menggunakan titik-titik koordinat pada tempat-tempat tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Robinson, Joell. 2016. Elements of Cartograpy. Universty of waterloo.

Wongsotjiro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Universitas Negeri Bengkulu. Bengkulu.

Baca juga: Pemetaan Lokasi (Laporan IUTP) Menggunakan Software (Avenza Map, DNR Garmin, Garmin Base Camp dan ArcGis)


Silahkan download file laporan praktikum IUTP Perhitungan dan Penggunaan Proyeksi Peta.

Download full-text PDF


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel