3 Jenis Pohon Penghasil Kayu Pulp

3 Jenis Pohon Penghasil Kayu Pulp

Diperbarui: 1 Agustus 2021

Pulp merupakan bubur kertas yang digunakan untuk membuat produk kertas. Pada umumnya bubur kertas ini tidak banyak mengandung lignin pohon, karena di lignin banyak mengandung besi. Oleh sebab itu pada pembuatan pulp terdapat proses pencucian.

Ngomong-ngomong, negara Indonesia kita memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kompetitif untuk diperhitungkan sebagai salah satu produsen pulp terbesar di dunia. Dimana terdapat keanekaragaman hayati dengan endemisitas flora yang sangat beragam. Flora ini terdiri dari tumbuhan lokal mayoritas berpotensi sebagai penghasil kayu serat untuk pulp.

Menurut Pasaribu dan Tampubolon (2007) menyatakan bahwa setiap jenis kayu memiliki serat yang dapat diolah menjadi pulp atau bubur kertas, namun tidak semua jenis kayu mempunyai kualitas pulp yang tinggi.

Adapun jenis pohon yang berkualitas pada pembutan pulp yaitu jenis-jenis pohon lokal yang mampu menghasilkan kualitas dan rendemen yang tinggi. Pada kesempatan ini kita akan memahami jenis-jenis apa saja yang termasuk pada pohon lokal penghasil kayu pulp.

Ada beberapa jenis pohon penghasil kayu pulp diantaranya kayu akasia daun lebar, jabon, dan mahang. Dimana jenis pohon kayu akasia daun lebar, jabon, dan mahang merupakan jenis pohon lokal yang mempunyai kadar lignin yang sedikit, sehingga mampu menghasilkan rendemen dan kualitas pulp yang yang tinggi. 

Berikut 3 Jenis Pohon Penghasil Kayu Pulp.

Baca juga: 3 Proses Pembuatan Pulp Kertas


1. Kayu Akasia Daun lebar (Acacia mangium)

Kayu Akasia Daun lebar (Acacia mangium)
Sumber: Foto PaneHutan

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Acacia
Spesies: Acacia mangium


Deskripsi

  1. Akar tunggang yang mempunyai warna kusam bahkan kecoklatan dengan tingginya hingga 10 m dan dapat menembus tanah sampai 5 meter.
  2. Batang berbentuk bulat dan panjang mempunyai lapisan permukaan yang sangat kasar bahkan pada varietas tertentu hingga mempunyai lapisan berduri pada permukaan batangnya. Tekstur batangnya berupa kayu dengan alur longitudinal dan berwarna coklat, abi-abi hingga putih kusam.
  3. Daun majemuk dengan bentuk memanjang dan lonjong. Panjang daun mencapai 20 cm dengan lebar 2 cm yang tumbuhnya sangat banyak dengan posisi berhadapan satu sama lain.
  4. Bunga majemuk yang muncul di bagian ketiak daun dengan bentuk menyerupai kuku dan warnya sedikit putih dengan kelamin ganda pada jantan maupun betina.
  5. Kelopak dan benang sari berbentuk seperti tabung dengan kepala putiknya menyerupai bentuk ginjal pada manusia.
  6. Mahkota bunga berwarna putih.
  7. Buah berbentuk lonjong dengan warna hijau pada masa mudanya, saat sudah masaka buahnya akan berubah menjadi warna coklat.
  8. Biji berbentuk seperti pipih dan sedikit lonjong dengan warna kecoklatan.


Pohon aksia daun lebar pada umumnya besar dan bisa mencapai ketinggian 30 m, dengan batang bebas cabang lurus yang bisa dicapai lebih dari setengah total tinggi pohon. Pohon akasia mencapai diameter setinggi dada lebih dari 60 cm, akan tetapi dihutan alam, pernah dijumpai pohon dengan diameter hingga 90 cm (Marsoem, 2014).

Akasia daun lebar tidak memerlukan persayaratan tumbuh yang tinggi. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah miskin hara, padang alang-alang, bekas tebangan, tanah-tanah tererosi, tanah berbatu dan juga pada tanah aluvial. Jenis tumbuhan ini tumbuh baik pada tanah laterit, yaitu tanah dengan kandungan oksida besi dan alumunium yang tinggi.

Pohon akasia daun lebar ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk kertas dan bahan kerajinan tangan lainnya. Getah pohon ini berwarna sedikit kecoklatan dan setelah di uji terdapat kandungan tanin di dalamnya. Dimana kandungan tanin digunakan dalam bahan industri dan kesehatan.

Kulit kayu akasia dibuat jadi bahan pembuatan papan partikel dengan kadar PF 6%, 8% pada kerapatan 0,9 g/cm kubik dapat memnuhi standard JIS A 5908 untuk nilai IB (Internal Bond/keteguhan rekat) dan MOR (Modulus Of Rupture), sedangkan nilai MOE (Modulus Of Elasticity) dan pengembangan tebal belum memenuhi standar. Untuk memperbaiki sifat pengembangan  tebal disarankan untuk menambahkan wax, sedangkan untuk menambahkan nilai MOE bisa dilakukan dengan melapisi papan partikel dengan vinir kayu (Subyakto et al., 2005.

Baca juga: 3 Bagian Dimensi Serat Kayu


2. Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba)

Pohon Jabon
Sumber: http://cybex.ipb.ac.id/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae
Genus: Anthocephalus
Spesies: Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq


Deskripsi

  1. Akar tunggang dan akar lateral. Akar tunggang berfungsi sebagai penopang pohon dan memperkuat pohon sedangkan akar lateral atau samping berfungsi untuk menyerap air dan hara.
  2. Daun berbentuk oval, halus, tanpa bulu, dan mempunyai sedikit lapisan lilin di bagian atas. Ukuran daun dengan panjang 15-50 cm dan lebar 8-35 cm.
  3. Tulang daun berwarna hijau muda.
  4. Batang lurus dan cukup ramping. Pada saat muda warna batang abu-abu dan pada saat tua akan berubah menjadi kecoklatan.
  5. Cabang ranting berbentuk tajuk seperti mahkota besar.
  6. Bunga berbentuk bulat dengan kelopak seperti jarum dan berwarna kuning, orange, atau merah dengan aksen putih pada ujung-ujungnya serta berdiameter 5,5 cm.
  7. Buah berbentuk seperti kapsul dengan ukuran yang sangat kecil dan berwarna kuning atau orange.
  8. Biji berbentuk trigonal dengan jumlah delapan.


Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan tumbuhan berkayu yang memiliki  tinggi mencapai 45 m dengan panjang batang bebas cabang 30 cm dan diameter sampai 160 cm. Pohon ini juga memilik batang lurus dan slindiris, bertanjuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir sampai ketinggian 1,50 m, dan memiliki kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai coklat.

Kayu jabon termasuk kayu yang mudah dikeringkan dengan sedikit cacat berupa pecah dan retak ujung serta sedikit mencekung. Pohon ini mudah diserang oleh jamur biru, maka kayu jabon memelurkan tindakan pengeringan secara cepat didaerah terbuka. Pengeringan papan jabon dengan ketebal 2,5 cm dari kadar air 82% sampai kadar air 14% memerlukan waktu 38 hari.

Pohon jabon pada batang bagian dalam mempunyai warna kekuning-kuningan, berserat halus yang dimanfaatkan sebagai bahan baku futnitur atau mebel. Pohon jabon ini dapat dimanfaatkan sebagai ornamen, papan ukiran, bingkai, korek api, bahan kerajinan, dan pulp.

Pohon jabon mempunyai senyawa aktif dengan aktivitas inhibitor alpa-glukosidase antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, tanin, anthocyanin, glikosida, senyawa fenolik dan lain-lain (Anisah et al., 2015).

Pohon jabon mempunyai serat sangat panjang, tebal dinding serat sangat tipis dan tergolong kualitas II untuk bahan baku pembuatan pulp kertas. Kadar selulosa dan ekstaktif tinggi, lignin sedang dan pentosan rendah. Potensi kegunaan pohon ini adalah untuk bahan bangunan dengan beban ringan di bawah atap, mebel murah, kerajinan, alat ukur dan gambar, pensil, kotak dan batang korek api, tusuk gigi, sendok dan gagang es krim, moulding, kayu komposit, pulp dan kertas, pallet, peti pembungkus dan cetakan beton (Lempang, 2014).


3. Pohon Mahang (Macaranga hypoleuca)

Pohon Mahang
Sumber: http://www.natureloveyou.sg/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Angiospermae
Kelas: Rosids
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Macaranga
Spesies: Macaranga hypoleuca (Reichb. f. et. zoll.) M.A.

Deskripsi: Pohon Mahang (Makalah Silvikultur)


Pohon mahang (Macaranga hypoleuca) memiliki nama daerah di sumatera dan kalimantan dengan sebutan mahang, sedangkan di kalimatan barat dengan sebutan purang. Dan juga di negara Malaysia pohon mahang disebut dengan pohon Mahang puteh. Pohon mahang (Macaranga hypoleuca) ini disebarkan dalam beberapa daearah tertentu yaitu Thailand, Semananjung, Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

Pohon mahang (Macaranga hypoleuca) ini umumnya tubuh sebagai jenis pionir di hutan sekunder, pada ketinggian tempat mencapai 3.000 m dpl. Pohon ini umumnya pada daerah yang memiliki jenis tanah berpasir, tufa dan tanah liat.

Pohon mahang ini dapat dimanfaatkan sebagai cerocok, kayu lapis, reng, korek api, moulding, dan pulp.

Kayu mahang yang dikupas digunakan dalam bahan bangunan sementara yang tidak berhubungan dengan tanah. Kayunya digunakan untuk rangka ringan, perlengkapan interior, moulding, reng, peti pengepak, pelampung, dan terutama tangkai korek api. Dari kayu pohon ini dihasilkan pulp berkualitas tinggi untuk pembuatan kayu lapis (Suryanto).


Sumber:

Anisah, L. N., Syafii, W., Sari, R. K., & Pari, G. 2015. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Jabon (Anthocephalus cadamba) (Antidiabetic Activity of Jabon (Anthocephalus cadamba) Ethanol Extracts). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 13(2), 111-124.

Lempang, M. 2014. Sifat dasar dan potensi kegunaan kayu jabon merah. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(2), 163-175.

Marsoem, S. R. 2014. Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Acacia mangium. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Subyakto, S., Suryanegara, L., Gopar, M., & Prasetyo, K. W. 2005. Pemanfaatan Kulit Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) untuk Papan Partikel dengan Kadar Fenol Formaldehida Rendah Utilization of Acacia (Acacia mangium Willd) Bark for Particleboard with Low Phenol Formaldehyde Content. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 3(2), 64-67.

Suryanto, E. POTENSI KOMUNITAS MAHANG (Macaranga spp.) DI KHDTK KINTAP UNTUK DIJADIKAN TEGAKAN BENIH.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel