5 Aspek Formulasi Sistem Karakterisasi Sub DAS

5 Aspek Formulasi Sistem Karakterisasi Sub DAS

Postingan ini diperbarui 10 November 2021

Sistem penilaian dalam formulasi sistem karakteristik tingkat Sub DAS yang disusun untuk menyatakan tingkat kerentanan dapat digunakan untuk menilai tingkat degradasi suatu Sub DAS, yang demikan digunakan sebagai basis perencanaan pengelolaan.

Degradasi dapat diukur melalui kerentanan suatu Sub DAS mencakup aspek, yaitu banjir dan daerah rawan banjir, kekeringan, kekritisan lahan, tanah longsor, dan sosial ekonomi.

Berikut 5 aspek formulasi sistem karakterisasi sub Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah.

Baca juga: 11 Sumber dalam Pemanfaatan Peta dan Data Sekunder untuk Karakteristik Sub DAS


1. Banjir dan Daerah Rawan Banjir

Potensi banjir terkait dengan sumber penyebab air banjir yang berkaitan dengan faktor meteorologis dan karakterisitik sub DAS. Oleh sebab itu, parameter-parameter yang digunakan untuk memformulasikan kerentanan potensi air banjir dilakukan melalui (1) Estimasi berdasarkan kondisi alami dan manajemen daerah tangkapan airnya dan (2) pengukuran langsung dari nilai debit spesifik maksimum tahunnya (Paimin et al., 2010).

Pada formulasi estimasi, parameter-parameter yang dipakai, yaitu (Paimin et al., 2010),

  1. Hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah (mm/hari).
  2. Bentuk DAS.
  3. Gradien sungai.
  4. Kerapatan drainase
  5. Lereng rata-rata DAS (%), untuk parameter alami.
  6. Jenis penggunaan lahan untuk parameter manajemen.


Pada karakteristik daerah rawan banjir parameter-parameter alaminya, terdiri dari bentuk lahan, meandering, pembendungan oleh percabangan sungai atau air pasang, dan lereng lahan kiri kanan sungai. Sedangkan paramete manjemen yaitu bangunan air.

Dimana masing-masing paremeter diberi bobot dan diklasifikasi menjadi lima besaran yang masing-masing diberi nilai kategori dan skor yaitu, 5 untuk tinggi dan 4,3,2, dan 1 masing-masing untuk agak tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah atau kategori lain yang setara.

Parameter alami diberi bobot lebih tinggi daripada bobot manajemen dengan pertimbangan bahwa dengan pengendalian banjir pada daerah tangkapan secara maksimal, seperti penghutanan, kemungkinan banjir masih bisa terjadi karena sifat alaminya yang tidak mungkin untuk bisa dikendalikan melalui pengelolaan DAS.


2. Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air

Penentuan formula kekeringan dan potensi air juga didasarkan atas parameter-parameter yang bersifat alami, yaitu hujan tahunan, evapotranspirasi aktual tahunan, bulan kering, dan geologi. Sedangkan parameter terkait dengan aspek manajemen yaitu kebutuhan air dan debit minimum spesifik tahunan (Paimin et al., 2010).

Dimana masing-masing parameter diberi bobot berdasarkan perannya dan dilakukan klasifikasi besaran dan pemberian nilai kategori yang dikelompokkan lima nilai skoring.


3. Kekritisan dan Potensi Lahan

Penentuan formula ini terdiri dari parameter alami, yaitu kedalaman atau jeluk solum tanah, lereng, batuan singkapan, morfoerosi, dan kepekaan tekstur tanah terkait erosi. Sedangkan parameter manajemen yaitu kawasan budidaya pertanian, yang umumnya merupakan tanaman semusim, kawasan hutan, dan perkebunan yang dominannya tanaman tahunan (Paimin et al., 2010).

Dalam pemberian bobot, formula alami diberi bobot 45% dan formula manajemen 55% dengan mempertimbangkan (Paimin et al., 2010),

  1. Apabila tanpa intervensi manusai, alam berubah secara dinamis untuk mencapai keseimbangan tanpa menimbulkan degradasi. Dimana intervensi manusia terhadap alam sangat besar pengaruhnya terhadap keseimbangan alaminya dan sering melampaui batas toleransinya.
  2. Pertambahan penduduk yang terus meningkat tanpa kesimbangan lapangan kerja mengakibatkan tekanan penduduk terhadap lahan semakin besar dengan praktek pengelolaan lahan yang melampaui batas kemampuannya.


4. Kerentanan Tanah Longsor

Penentuan formulasi ini, terdiri dari parameter alami, yaitu hujan harian kumulatif 3 hari berurutan, lereng lahan, geologi atau bataun, keberadaan sesar atau patahan, dan kedalaman tanah (regolit) sampai lapisan kedap. Sedangkan parameter manajemen, yaitu penggunaan lahan, infrastruktur, dan kepadatan pemukiman (Paimin et al., 2010).


5. Kerentanan Sosial Ekonomi dan Kelembagaan

Dinamika permasalahan sosial dan kelembagaan sangat komplek, sehingga penyusunan formula karakteristik tersebut Sub DAS disesuaikan dengan kebutuhan sistem pengelolaan yaitu sosial, ekonomi, dan kelembagaan.

Karakteristik kependudukan tersusun dari parameter, yaitu kepadatan geografis dan kepadatan agraris. Dimana kepadatan geografis merupakan jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah sedangkan kepadatan agraris adalah jumlah petani yang menggarap lahan per satuan luas.

Karakteristik sosial terdiri dari parameter, yaitu tingkah laku konservasi masyarakat, hukum adat dalam kegiatan konservasi, dan kearifan atau nilai-nilai tradisional dalam konservasi (Paimin et al., 2010).

Karakteristik eknomi terdiri dari parameter, yaitu ketergantungan lahan yang dinyatakan dalam persen kontibusi pendapatan usaha tani terhadap pendapatan total, tingkat pendapatan, dan kegiatan dasar wilayah (Paimin et al., 2010).

Karekateristik kelembagaan terdiri dari parameter, yaitu keberdayaan kegiatan konservasi tanah dan keberdayaan lembaga nonformal dalam konservasi tanah yang menunjukkan peran kelembagaan pada kegiatan konservasi (Paimin et al., 2010).

Baca juga: Gambaran Umum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Sumber:

Paimin et al. 2010. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (SUB DAS). Badan Penelitan dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel